Saya termasuk yang percaya betul bahwa kebenaran bisa didapat dari mana saja. Dalam keyakinan Islam, perintah dan petunjuk Allah ada dalam ayat qauliah (yakni kitab-kitab suci-Nya) dan dalam ayat kauniah (yakni fenomena alam –dan sosial– yang akan memetakan kebenaran bagi sesiapapun yang mau mempelajarinya). Kedua ayat itu memiliki pintu dengan satu anak kunci yang sama, yakni kemampuan untuk membaca –baik membaca aksara maupun membaca fenomena– dan hati yang senantiasa terbuka.
Karena itu bagi saya, nilai-nilai kebenaran tak hanya bisa kita peroleh dari khutbah-khutbah Jumat misalnya (jujur saja saya sering ketiduran di masjid di hari Jumat, tepat saat khatib berkhutbah). Saya kerap merasakan cahaya kebenaran dari rasa ingin-tahu dan pertanyaan anak-anak saya. Rasa takut dan rasa sakit kerap pula bekerja seperti mesin pemeras yang membawa kita pada satu tetes kebenaran. Obrolan ringan dengan orang lain tak jarang pula memberi inspirasi kita pada suatu kebenaran. Tempo hari, kalimat-kalimat seorang penjaga restoran memberi saya bahan renungan yang sangat dalam.
Di Perth, di sisi Swan River tak jauh dari Swan Bells yang merupakan landmark kota ini, ada sebuah restoran India prasmanan bernama Annalakshmi. Restoran ini berada di lokasi yang sangat strategis yang memungkinkan kita menikmati masakan India sambil memandangi kesibukan di Swan River yang meliuk lebar ke arah kota pelabuhan Fremantle. Masakannya lezat-lezat, dan yang unik, kita boleh makan sepuasnya dan membayar berapa saja kita suka. Satu dolarpun akan diterima dengan senang hati oleh sang kasir yang, sebagaimana pekerja lainnya di restoran ini, adalah sukarelawan.
Pertama kali saya dan Miming ke sana, kami rada kagok juga dengan sistem pembayaran sukarela seperti itu. Karena tidak yakin, saat membayar kami tanya kepada kasir, apa betul kami boleh membayar berapa saja, tanpa ada batas minimal? Jawaban kasir ini sangat menarik.
Dia bilang kira-kira begini: “You pay as you feel it is alright. The amount of money is not the biggest matter; what your heart feel is more important. So, ask your heart.”
Ask your heart. Kata-kata ini begitu berkesan bagi saya semenjak itu. Saya sering menggunakannya untuk mengingatkan diri saya untuk senantiasa berlaku jujur, serta bersikap dan berpikir adil. Tiap kali saya berada dalam keraguan, saya ingatkan diri sendiri untuk ask my heart.
Ask your heart. Kata-kata ini begitu sederhana dan nampak mudah dilakukan. Tapi kerap saya dapati diri kita sulit mendengarkan jawaban jujur dari hati kita sendiri. Barangkali kita sudah terlanjur terbiasa mendustai diri.
Ask your heart. Kalau saja semua orang bersedia melakukannya…