Minat penelitian saya yang terutama adalah agama dan politik di Indonesia, terutama dalam kerangka analisis sosiologi-politik. Setiap penelitian mandiri yang saya lakukan di jenjang pendidikan senantiasa terkait dengan tema tersebut. Beberapa publikasi utama juga berada dalam lingkup studi agama dan politik ini. Berikut ini adalah beberapa penelitian utama yang saya lakukan serta publikasi terkait dengan hal itu.
Lembaga Agama dan Rekrutment Politik
Penelitian ini saya lakukan untuk penyusunan disertasi di Curtin University of Technology sejak tahun 2004. Dalam penelitian ini saya menyoroti peran gereja di Manado dan pesantren di Sumenep dalam rekrutmen politik, khususnya Pilkada 2000 dan Pilkada Langsung 2005 di kedua tempat. Meski merupakan lembaga agama yang secara natural bukan lembaga politik, baik gereja maupun pesantren sama-sama menunjukkan keterlibatan dalam proses rekrutmen politik –dengan derajat berbeda.
Dalam sistem pendidikan di Australia, mahasiswa program doktor sepenuhnya mengerjakan sebuah penelitian secara mandiri, dalam kurun waktu 3 atau 4 tahun. Metode di tiap universitas berbeda-beda, namun secara umum ada 4 tahap dalam sebuah studi doktoral. Tahap pertama adalah masa candidacy, dimana seorang kandidat PhD menyusun proposal penelitian –biasanya selama 6 bulan atau satu tahun. Setelah tahap penyusunan proposal ini terlampaui, kandidat tersebut akan memasuki tahap kedua yaitu penelitian lapangan (atau laboraturium, atau pustaka, dan seterusnya sesuai kebutuhan metodologis masing-masing). Tak ada batasan waktu khusus untuk tahap ini, namun saya melakukan penelitian lapangan selama satu tahun. Tahap selanjutnya adalah penulisan disertasi (di Australia dikenal sebagai thesis–yakni istilah yang berlaku untuk semua karya ilmiah baik pada tingkat BA, MA maupun PhD). Penulisan disertasi ini bisa berlangsung setahun atau dua tahun. Setelah tahap penulisan selesai, dan disertasi di-submit, maka tahap berikutnya adalah pengujian secara eksternal dan anonim oleh dua orang penguji. Tak ada sidang ujian dalam sistem pendidikan di Australia. Disertasi ini akan diberi komentar oleh para penguji secara tertulis. Pada umumnya mahasiswa tak mengetahui siapa yang menguji disertasinya.
Sejak Juli 2004 hingga Pebruari 2005, saya menjalani masa kandidasi. Setelah proposal penelitian saya memperoleh approval dari Divisional Graduate Studies Office (DGSC), saya sudah bisa melakukan penelitian lapangan untuk mengumpulkan data. Mulai April 2005 hingga Januari 2006 saya melakukan penelitian lapangan di Sumenep dan Manado. Sejak Pebruari 2006, saya memasuki tahap penulisan disertasi. Dalam tahap ini, seorang kandidat PhD sangat didorong untuk mengkomunikasikan penelitiannya ke publik lebih luas baik melalui jurnal maupun seminar akademik. Untuk tujuan inilah, sebagian dari draft disertasi telah saya presentasikan di beberapa seminar, termasuk:
- ‘Bani Syarqawi: a Pesantren-based Ruling Elite in an Indonesian Town’, dipresentasikan dalam seminar Voices of Islam in Southeast Asia, Thailand, 2007.
- ‘Politicans, Not Terrorists: the More Likely By-product of Pesantren in Post-New Order Indonesia’, dipresentasikan dalam seminar 2nd Annual Islamic Studies Conference, University of Melbourne, 2006.
- ‘Emission of Power: Pesantren and Political Recruitment’, dipresentasikan dalam Symposium on Islamic Schooling in Indonesia, University of Western Australia, 2006.
- ‘Wandering the Unholy Realm’, dipresentasikan dalam seminar Melbourne Graduate Forum on Southeast Asia Studies, 2006.
Tiga di antara makalah disebutkan tersebut sedang dipersiapkan untuk publikasi di sebuah jurnal dan sebagai bab dalam sebuah buku.
Santri Baru di Indonesia
Penelitian ini saya lakukan dalam masa studi S2 (MA) di Flinders University, Adelaide tahun 1998-2000. Saat itu saya mengikuti program Master by Research, yang prosesnya memiliki tahapan serupa dengan program PhD yang saya gambarkan di atas–tentu dengan masa studi dan kedalaman penelitian yang berbeda.
Dalam penelitian ini, saya mengamati perubahan sosial di kalangan ummat Islam Indonesia selama masa Orde Baru. Dalam perubahan sosial itu, muncullah kalangan santri baru yang terutama merupakan produk dari ‘Islamisasi’ kampus yang berjalan palling tidak sejak tahun 1976 namun mengalami intensifikasi sejak tahun 1982. Secara ‘tak sengaja’, proses panjang ini dimulai di Bandung, dalam sebuah fenomena yang oleh Prof. Robert Hefner disebut sebagai Salman Movement atau gerakan Salman. Julukan ini diambil dari nama Masjid Salman di Bandung, tempat dimana seorang intelektual yang sangat penting bernama Dr. Imaduddin Abdulrahim memulai proses kaderisasi dakwah.
Gerakan ini kemudian menyebar ke berbagai kampus lain di seluruh Indonesia, khususnya di Jawa termasuk UGM dan Unair. Jamaah Shalahuddin UGM merupakan bagian dari rantai dakwah dan ‘Islamisasi kampus’ tersebut. Beberapa manifestasi kelembagaan dari gelombang ini terus bermunculan di tahun 1980-an dan 1990-an. Dengan jejaring dakwah yang sangat kuat, tak sulit untuk menduga munculnya kekuatan politik di atas fondasi santri baru ini, terutama ketika jatuhnya Soeharto tahun 1998 membuka banyak peluang.
Sebagian dari thesis saya tentang santri baru ini diterbitkan sebagai sebuah jurnal artikel, yang bisa di-unduh di sini.
NU Sejak Kembali ke Khittah 1926
Tema ini saya pilih untuk penulisan skripsi S1 di Jurusan Ilmu Pemerintahan UGM. Dalam penelitian ini saya melihat peran politik Nahdlatul Ulama (NU) sejak memutuskan untuk kembali ke Khittah 1926 pada tahun 1984. Penelitian yang saya lakukan tahun 1993-1994 ini adalah pengalaman penelitian mandiri yang pertama bagi saya.Dibandingkan dengan kedua penelitian untuk PhD atau MA yang saya lakukan, penelitian untuk skripsi S1 ini cukup singkat, cuma berlangsung selama kira-kira satu tahun, dan banyak menggunakan metode dokumentasi, serta sedikit wawancara dengan tokoh NU saat itu.
Dalam skripsi yang disusun berdasarkan penelitian ini, saya gambarkan perkembangan NU baik secara internal maupun eksternal, sejak keputusan kembali ke Khittah 1926 itu membawa organisasi ini keluar dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Pada lingkup internal, NU mesti mengelola energi politik yang dimiliki tokoh-tokohnya secara hati-hati. Semenjak tahun 1952 NU sudah sepenuhnya menjadi organisasi politik, dan keputusan di tahun 1984 itu merupakan perubahan yang sangat besar. Pada lingkup eksternal, penataan hubungan baru dengan pemerintah merupakan salah satu agenda utama, mengingat selama berada di PPP, NU terbawa oleh pilihan politik yang berseberangan dengan pemerintah. Semenjak 1984, NU juga kerap dipersonifikasikan dalam sosok KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), mengingat dialah yang merupakan motor gagasan kembali ke Khittah 1926, dan sejak Muktamar 1984 di Situbondo ia menjadi Ketua Umum Tanfidziah PB NU.
Skripsi tentang NU ini diterbitkan sebagai buku berjudul Metamorfosis: NU dan Politisasi Islam di Indonesia pada tahun 1995 oleh LKiS.
Penelitian dan Publikasi Lain
Selain penelitian individual di atas, saya juga melakukan beberapa penelitian lain terkait dalam lingkup FISIPOL UGM. Tulisan saya juga dupublikasikan di beberapa jurnal, surat kabar, atau bab buku. Rincian beberapa penelitian dan publikasi bisa dilihat di sini.