Tidak terlalu mengagetkan sebenarnya, kalau FPI main razia-raziaan, sweeping-sweepingan, dan merusak tempat-tempat milik orang karena tuduhan maksiat.
Yang barangkali kita bisa renungkan, mungkin kita-kita sendiri pun sebenarnya memiliki cara pikir seperti itu. Dulu saya ingat ada sebuah dialog Ramadlan di salah satu radio di Jogja, dengan narasumber Prof Damarjati Supajar kalau saya tidak salah ingat. Ada pendengar yang menanyakan: “kok warung-warung di Jogja banyak yang buka di bulan Ramadlan?”
Pak Damarjati menjawab: “Ya warung-warung itu memang harus buka, sebab banyak orang yang tidak berpuasa, seperti non-Muslim, atau Muslim tapi musafir, sakit, hamil, dan tetap butuh makan. Bagi kita yang puasa, ya tak perlu lihat warung-warung itu.”
Lalu pembawa acaranya menimpali: “Tapi bukankah warung-warung itu harus menghargai yang berpuasa Prof?”
Pak Damar menjawab: “Penghargaan dan pahala puasa itu dari Allah, bukan dari tukang-tukang warung itu.”
Jawaban itu sangat mengesankan bagi saya. Betapa banyak kita dengar tudingan tentang perilaku syirik, yakni menyekutukan Allah sebagai tempat meminta dan berserah diri. Saya jadi kuatir, pemaksaan berlebihan agar orang lain menghargai yang sedang berpuasa itu juga adalah perbuatan syirik samar.
Naudzubillah.
http://liputan6.com/daerah/?id=148020
24/09/2007 05:33 Penertiban
FPI Merazia Orang Tidak Berpuasa
Liputan6.com, Bantul: Sekitar 100 anggota Front Pembela Islam (FPI) Ciamis, Jawa Barat, Ahad (23/9), bertindak keras terhadap warung-warung makan yang dianggap tidak menghormati bulan puasa. Tempat-tempat yang dicurigai menjual minuman beralkohol juga tidak luput dari razia.
Massa FPI menjadi beringas saat mengetahui ada tempat makan yang berjualan secara terbuka. Mereka merusak warung itu dan memukul seorang pelanggannya. Sedangkan sang pemilik tak bisa berbuat apa-apa.
Tak hanya itu, seorang pria yang dianggap preman turut dipukuli tanpa alasan yang jelas. Terminal bus Ciamis ikut menjadi sasaran razia. Salah satu warung jamu yang menjual minuman keras didobrak. Satu dus minuman keras diambil dan dihancurkan di depan kios.
Selama razia, praktis tidak ada polisi yang terlihat di lokasi. Sedangkan warga tak dapat berbuat apa-apa menyaksikan tindakan tersebut. Dihubungi melalui telepon, Kepala Kepolisian Resort Ciamis Ajun Komisaris Besar Polisi Aries Syarief menyatakan, ia menyayangkan adanya kekerasan dalam razia tersebut.
Situasi berbeda di Bantul, Yogyakararta, saat laskar Front Jihad Islam merazia tempat maksiat dan lokasi penjualan minuman keras, pekan silam. Ketika itu, aparat Polres Bantul bertindak keras dan meminta razia dihentikan. Alasannya, warga sipil tidak berwenang menggelar razia. (BOG/Tim Liputan 6 SCTV)