[Kedaulatan Rakyat, 28/2/2009]
Kamis (26/2) sore, Wapres Jusuf Kalla yang juga Ketua Umum Partai Golkar berkunjung ke kantor PKS. Presiden PKS Tifatul Sembiring dalam wawancara dengan sebuah stasiun TV pada hari yang sama mengatakan bahwa kunjungan JK itu adalah untuk menjadi narasumber dalam diskusi politik mingguan partai ini. Ia secara diplomatis menyangkal adanya upaya tawar-menawar politik dengan Partai Golkar.
Pernyataan ini mungkin ada benarnya. Namun melihat manuver para tokoh politik utama belakangan ini, sulit untuk tak memperhitungkan kunjungan JK ke PKS itu sebagai bagian dari upaya parpol untuk saling mengukur kekuatan dan elektabilitas calon dalam rangka persiapan berlaga di ajang kontestasi politik tahun ini. Apalagi, Tifatul juga mengakui bahwa dalam putaran diskusi mingguan berikutnya, SBY yang akan tampil. Bagi para pengamat politik negeri ini, sulit untuk menghindari godaan analisis bahwa hal ini merupakan bagian dari fenomena lebih luas dimana tokoh politik saat ini tengah beramai-ramai memasang ‘bandrol harga’ sambil menjajagi ‘reaksi pasar’.
Bandrol dan reaksi pasar ini akan menjadi dasar bagi mereka untuk menetapkan langkah pasca pemilu legislatif bulan April nanti. Aturan pemilu yang masih menjadikan parpol sebagai saluran satu-satunya bagi pencalonan presiden dan wakpres, menjadikan pemilu legislatif ini sangat menentukan nilai sesungguhnya bagi bandrol politik yang saat ini tengah dikerja oleh banyak tokoh. ‘Harga pasaran’ mereka berdasarkan kumulasi semua variabel inilah yang akan menentukan peluang mereka di kursi kekuasaan.
Itulah kiranya selah satu penjelasan paling logis, mengapa belakangan ini para tokoh politik sangat gencar melakukan manuver, baik melalui parpol mereka maupun secara individual. Betapa sering kita lihat, para tokoh ini tampak seperti bermain tarik-tambang satu sama lain. Kadang mereka saling mendekat, kadang mereka saling menjauh. Pola-pola pergeseran interaksi antar tokoh ini sangat boleh jadi merupakan wujud dari tujuan untuk menakar reaksi publik terhadap peluang politik mereka.
Pernyataan pencalonan JK sebagai calon presiden beberapa waktu sebelumnya dapat dipahami sebagai bagian dari manuver politik semacam ini. Dengan cara yang sama pula, kita bisa memahami langkah politik Sultan HB X yang menyatakan akan tetap memegang amanat pendukungnya untuk maju sebagai capres ketimbang cawapres, namun pada saat yang sama tak menampik sentuhan-sentuhan politik genit dari PDI-P (dan juga Golkar) yang jelas-jelas tengah mencari figur cawapres. Pejelasan yang serupa berlaku pula untuk partai-partai lain, termasuk PKS yang sedang menyiapkan diri untuk menjadi bunga bagi kumbang-kumbang politik utama, yakni SBY dan JK. Kendati Tifatul mengatakan bahwa PKS menetapkan beberapa nama (termasuk tokoh terpenting PKS saat ini, Hidayat Nurwahid) sebagai capres dan bukan sebagai cawapres, jelas-jelas pula dia mengakui bahwa keputusan final akan tetap diambil setelah membaca hasil pemilu legislatif.
Semua ini menunjukkan indikasi bahwa hingga usai masa pemilu legislatif nanti, kita masih akan terus disuguhi lakon politisi yang mencoba menaik-turunkan dan menegosiasikan bandrol politik mereka satu sama lain. Kita masih akan melihat banyak kemungkinan blocking politik hingga bulan Juli nanti.
Bahwa semua tokoh dan parpol besar kini berlomba-lomba memacok diri sebagai calon presiden, tampaknya memang benar begitu. Tapi nanti hanya akan ada satu presiden dan satu wakil presiden Indonesia. Tentu saja ini bukan berarti bahwa bandrol politik yang dikejar oleh banyak tokoh di bulan-bulan ini akan kehilangan nilai. Saya sangat yakin bahwa di benak banyak tokoh, hitung-hitungan ‘kegagalan’ mereka di pilpres sudah menjadi kesadaran penting. Sangat boleh jadi, bagi kalangan ini posisi sebagai menteri di kabinet baru nanti adalah target yang paling realistis.
Jadi, mungkin sebagian dari mereka memang tengah sungguh-sungguh memasang bandrol di depan parpol untuk maju sebagai capres atau cawapres. Namun saya yakin, sebagian lainnya hanya pasang bandrol di depan para capres-cawapres potensial untuk menjadi kandidat menteri. Karenanya, jika Anda sedang mengincar posisi-posisi itu, marilah turut beramai-ramai pasang bandrol politik mulai hari ini.
[Baca juga artikel ini di sini]