Gara-gara banyak orang ribut membicarakan sepakbola, khususnya timnas kita melawan Malaysia, saya jadi sadar betapa saya sama sekali tak pernah nonton pertandingan bola — tepatnya hampir tidak pernah. Kalaupun pernah, itu sama sekali bukan karena keinginan saya. Siaran pertandingan sepakbola di TV, sudah hampir pasti saya tak punya minat. Pertandingan sepakbola langsung di stadion? Pernah saya tonton, namun dapat dihitung dengan jari, bahkan jari sebelah tangan (itupun bisa disambi ngupil). Seumur-umur, saya baru dua kali nonton sepakbola.
Pertama, awal tahun 2005, saya nonton pertandingan sepakbola antara Timnas PSSI melawan Timnas Australia di Perth. Kedua, akhir tahun 2005 saya diajak oleh kawan saya Glady Kawatu, alumnus S2 Ilmu Politik UGM yang saat itu Kabag Humas Kabupaten Minahasa, untuk nonton pertandingan antara Persik melawan Persmin Minahasa di Stadion Maesa Tondano, Minahasa. Pertandingan ini berakhir ricuh…
Tentang pertandingan antara Timnas PSSI melawan Australia, saya pernah mencatatnya dalam sebuah email yang saya kirim ke mailing list alumni JIP UGM. Ini salinannya:
From: “Abdul Gaffar Karim”
To: ip-ugm@yahoogroups.com
Date: Wed Mar 30, 2005 8:29 am
Subject: PSSI vs SoccerooMan-teman,
Semalam saya nonton pertandingan sepakbola antara PSSI melawan Tim Sepakbola Australia — lupa namanya, tapi nickname mereka Socceroo (gabungan dari Soccer dan Kangaroo). Pertandingan ini diadakan di stadion Subiaco Oval yang megah dan modern itu.
Semenjak mendengar info pertandingan persahabatan ini beberapa waktu yang lalu, kita warga Indonesia di Perth sudah kasak-kusuk mau datang nonton rame-rame untuk mensupport tim nasional kita. Banyak juga cewek-cewek yang bergabung mau nonton sekadar ingin melihat dari dekat, seperti apa wajah Kurniawan yang ngetop itu… 😉
Saya, jujur saja, tak begitu suka bola — tepatnya, sama sekali tak suka bola. Sport yang saya sukai (untuk ditonton) adalah balap mobil dan (untuk dilakukan) jogging atau berenang. Sepakbola? Huahhh… seumur-umur saya tak pernah main dan tak pernah nonton. Tapi namanya tim nasional sedang main di Perth, Â saya terdorong juga untuk nonton. Apalagi sebagai student, saya memperoleh konsesi untuk membeli tiket hanya seharga $17.5. Dengan tiket itu, kita sudah bisa naik public transport gratis (bus atau train). Ini cara yang selalu digunakan oleh Pemerintah Western Australia untuk mengurangi masalah parkir saat pertandingan — apalagi kalau pertandingan Australian Football (Footy) yang bisa membuat Subiaco Oval yang berkapasitas 45.000 tempat duduk itu penuh sesak.
Jadi begitulah, semalam saya berangkat bareng co-supervisor saya yang gila bola, Dr. Ian Chalmers, teman saya dosen FE UGM Amin Wibowo yang mengajak serta anaknya, serta Adit, putra teman saya Riaty dosen FISIP UI. Kami naik mobil Ian ke Victoria Park train station, lalu dari situ naik train ke Subiaco. History was in the making, sebab inilah kali pertama saya nonton sepakbola (apalagi langsung di sebuah stadion)…
Supporter Socceroo kostumnya sudah pada aneh-aneh. Kita sih berbusana moderat aja. Rombongn teman-teman undergraduate pada pakai baju setelan merah dan putih, dan membawa bendera kita. Ketika sedang antri mau masuk gerbang 26, saya ditanya oleh seorang orang Aussie, apa nickname-nya tim Indonesia? Hah…?! apa ya… Mas Amin Wibowo jawab: “Timnas”. Hehehehe… benar nggak? Bule Aussie itu manggut-manggut, “So Timnas vs Socceroo…”.
In my opinion, di menit-menit awal permainan tim PSSI lumayan bagus, cukup menyerang. Namun setelah paruh kedua babak pertama, mereka jadi kelabakan menahan serangan Socceroo yang gencar. Belum lagi  postur mereka yang kecil-kecil jika dibandingin tim Socceroo. Hasilnya? satu gol membobol gawang PSSI di babak pertama ini. Hmmm…
Usai istirahat, saya melihat permainan tim kita makin melemah. Pola bertahan semakin kelihatan, dan permainan semakin berat nampaknya buat mereka. Dua gol lagi dicetak oleh Socceroo. Match ini akhirnya ditutup dengan skor 3:0 untuk Socceroo.
Yah… jujur aja, ini bukan pengalaman yang menyenangkan. Pertama kali nonton bola, hanya untuk melihat tim kita kalah. Padahal Dr. Ian Chalmers sudah bela-belain menghafalkan lagu Indonesia Raya, diajari oleh istrinya yang asli Solo. Supervisor saya, Prof. Colin Brown yang juga nonton, usai pertandingan mengatakan bahwa dia salah prediksi. Tadinya dia menduga skor bakal 3:1 untuk kemenangan Socceroo. Jadi PSSI masih dia prediksikan sanggup mencetak  satu gol. Nyatanya tidak…
Ya sudah, lain kali mending saya nonton balap mobil F1 saja di TV, sudah pasti jagoan saya menang… 🙂
Gaffar
Perth
———-
Gambar diambil dari http://www.pool.org.au/files/imagecache/full_size/image/blog/iStock_new.jpg