Dalam beberapa hari ini harga BBM akan dinaikkan oleh pemerintah. “April mop” kita tahun ini bakal tidak lucu. Mudah diduga, jagat politik ikut-ikut terpanaskan oleh rencana kenaikan BBM ini. Dari pusat kekuasaan kita mendengar (lagi-lagi) ada isu pembangkangan PKS terhadap kebijakan pemerintahan koalisi ini. Orang pun banyak angkat pendapat soal etika koalisi. Apa yang sebenarnya terjadi di sana? Adakah persoalan etika yang dilanggar?
Author: Gaffar Karim
Yang Muda Yang Korupsi
Tahun 1977 Sjuman Djaja membuat sebuah film berjudul ‘Yang Muda Yang bercinta’. Dalam film ini WS Rendra membacakan sebuah puisi pembuka yang berisikan kritik sosial-politik yang amat tajam, dan turut mempopulerkan film tersebut. Kini, 35 tahun kemudian, andai Sjuman masih hidup, mungkin ia akan membuat sebuah film yang juga akan terkenal: ‘Yang Muda Yang Korupsi’.
Tanggal 30 Desember ini, tepat dua tahun Gus Dur wafat menurut hitungan Masehi. Haulnya diperingati dalam minggu-minggu ini, sebab dalam hitungan Hijriyah, tanggalnya sudah tiba beberapa waktu yang lalu. Tahun pertama sejak wafatnya Gus Dur boleh dianggap sebagai tahun berduka-cita bagi yang merasa kehilangan tokoh ini. Namun tahun kedua dan ketiga, duka-cita itu boleh dianggap sudah reda, dan kini tiba waktunya untuk membahas tentang warisan.
Aktifis-advokat muda itu akhirnya terpilih sebagai Ketua KPK. Usianya baru 44 tahun. Setelah melalui drama di Setgab, final juga Abraham Samad melaju ke posisi paling menentukan di KPK. Media massa banyak memujinya sebagai seseorang yang punya integritas dan keberanian. Pada sejumlah media massa, Abraham Samad berjanji untuk membawa semangat Baharuddin Lopa dalam memimpin KPK. Ia juga menjamin dirinya akan bersih dari intervensi politik DPR.
Tapi tak sedikit pula media massa yang meragukan kemampuan Abraham untuk mengelak dari intervensi DPR. Kemenangannya hari Jumat (2/12) lalu dinilai sejumlah orang sebagai bukti kompromi awal dengan kelompok tertentu di DPR.
Bagaimana kita sebaiknya menilai Abrahan Samad, kepemimpinannya di KPK, dan posisinya di hadapan DPR?
Plat Mobil
Pernahkah Anda perhatikan sejumlah anomali di jalan raya kita? Misalnya, di perempatan jalan yang padat, seringkali sebuah mobil ambulans kesulitan untuk menerobos jalan, sedangkan di dalamnya ada orang sakit yang butuh penanganan segera. Sirine yang meraung-raung tak membuat pengguna jalan menyingkir. Polisi di perempatan jalan pun tak selalu sigap membantu ambulans ini untuk segera tiba di rumah sakit. Ini urusan nyawa orang, dan tak ada sistem yang nampak bekerja optimal.
SBY jelas-jelas sedang melakukan KKN. Tapi bukan, KKN yang saya maksud ini bukan Korupsi Kolusi dan Nepotisme. Meski saya tak hendak mengatakan bahwa SBY steril dari KKN pengertian itu, yang saya maksud dengan KKN kali ini adalah Kuliah Kerja Nyata, seperti yang diselenggarakan oleh banyak Perguruan Tinggi di Indonesia bagi mahasiswa semester akhir. Seluruh sepak terjang politik SBY dan kabinetnya betul-betul adalah sebuah Kuliah Kerja Nyata yang sangat penuh pembelajaran dan pengkayaan pengalaman.
Kok Nambah Orang, Pak?
Selama pemerintahan SBY, setahun sekali gojekan itu muncul — selalu sekitar Oktober. Ada orang yang bertanya pada temannya, “ditelpon Cikeas, nggak?” Atau ada yang berkelakar, “wah HP saya semalam habis batere, jangan-jangan ada telpon dari Cikeas…”
Tapi tahun ini, kelakar itu nampaknya jadi kenyataan. Minimal ada tiga orang yang ditelpon Cikeas, dengan permintaan untuk menemui SBY. Sapta Nirwandar (Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata), Wardana (Dubes RI untuk Singapura), dan Prof. Ali Ghufron Mukti (Dekan FK UGM), tak sedang digoda orang ketika mereka menerima telpon dari Cikeas. Mereka betul-betul sedang ditunggu oleh Sang Presiden, untuk ditawari jabatan Wakil Menteri. Mereka sedang kagem.
Jika Bukan NKRI
Hari Minggu yang lalu, di pelosok selatan bumi Yogya, mobil saya tertahan tak bisa berjalan lancar di depan sebuah balai desa. Di lapangan seberang balai desa rupanya sedang ada keramaian, sehingga jalan tak lebar yang membentang di antara kedua tempat itu jadi penuh sesak. Keramaian itu adalah bagian dari penyambutan terhadap Hari TNI tanggal 5 oktober ini. Di atas panggung yang dibangun di tengah lapangan, saya melihat sebuah spanduk besar yang menegaskan dukungan TNI terhadap keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Mengajarkan Kebodohan
Apa yang terjadi jika reshuffle kabinet dilakukan sejak dulu? Seperti apa suasana panggung politik Indonesia kalau saja setiap gesekan dalam kabinet koalisi disusul oleh kocok-ulang kabinet oleh SBY? Jawabnya bisa beragam. Bisa saja pemerintahan akan segera efektif karena reshuffle itu berarti mengganti menteri buruk dengan menteri yang (lebih) baik. Bisa pula sama saja, sebab mungkin parpol-parpol koalisi tak punya stok orang baik untuk disodorkan pada Sang Presiden.