Dulu sekali, di awal-awal berdirinya Jamaah Shalahuddin UGM tahun 1980an, konon banyak kisah menarik tentang aktivisnya. Waktu itu hampir tak ada mahasiswi yang berjilbab. Juga tak ada aktivis yang berusaha tampil dan beraksen Arab. Semua biasa-biasa saja. Namun mereka bersemangat untuk merintis kegiatan yang lebih agamis bagi mahasiswa.
Category: Agama
Madura kampung halaman saya adalah kawasan Muslim yang menyenangkan. Islam adalah mayoritas di sana. 90% penduduknya adalah Muslim. Yang 10%? Muhammadiyah. (Hehehe… Saya ngakak terpingkal-pingkal ketika mendengar guyonan ini pertama kali saat mengikuti ceramah Cak Nun di Universitas Airlangga).
Tahun lalu, Ramadlan saya agak membuat ngos-ngosan. Hari-hari pertama berpuasa saya berada di Michigan. Saat itu bumi bagian utara sedang memasuki musim panas, sehingga hari menjadi panjang. Sahur memang biasa-biasa saja, sekitar jam 2.30. Namun kita harus menunggu hingga jam 22 untuk berbuka puasa.
Buat saya sederhana saja: orang pintar itu membuat orang lain mudah untuk menjadi pintar juga. Orang pintar itu akan terlihat dari kemampuannya untuk mengutarakan pikirannya secara sederhana pada orang lain. Tulisan yang mudah dipahami menunjukkan kualitas dan kedalaman pemahaman penulisnya. Bacalah tulisan Anthony Giddens, atau Arief Budiman, dan Anda akan tahu apa yang saya maksud.
Ini tulisan lama. Saya buat catatan ini pada tanggal 26 Desember 2005, untuk dikirimkan ke sebuah mailing list pelajar Indonesia di Australia. Dalam tulisan ini saya sampaikan kesan yang saya peroleh saat pulang ke Yogyakarta dalam suasana natal. Sebagian besar kesan yang muncul saat itu masih terasa relevan hingga kini…
SAYA MALU…
Ada yang senantiasa berulang setiap kali sebuah hari raya datang. Yang paling sering berulang tentu saja kesibukan mengirim dan menerima SMS.
Kalau lebaran, saya pun sibuk mengirim ucapan memuliakan hari raya idul fitri, juga sibuk menerima ucapan serupa dari teman dan kerabat seagama dan tak seagama.
Kalau natal, saya tak sibuk menerima SMS ucapan selamat, tapi tetap sibuk mengirimkan SMS ucapan selamat merayakan natal bagi sahabat dan teman yang merayakannya — meski saya tak turut merayakan natal.
Namun natal kemarin ada sedikit ‘kesibukan’ tambahan yang saya rasakan, nyaris tanpa sengaja.
Tanggal 24, sesorean di Yogya saya jalan-jalan menikmati udara kota ini yang tumben rada cerah setelah beberapa hari sebelumnya selalu diguyur hujan. Saya muter-muter saja keliling kota, lewat kampus UGM, ke Kotabaru, ke Malioboro, lalu berbelok kearah timur dan selanjutnya ke utara menuju ke Jalan Kaliurang.
Saat tiba di sekitar sebuah gereja besar di Jalan Kaliurang km 6, barulah saya sedikit tersadar betapa sepanjang jalan yang saya lewati tadi, terutama di sekitar gereja-gereja, pengamanan yang dibuat oleh aparat gabungan polisi dan tentara sangatlah ketatnya. Bahkan perempatan-perempatan utama juga dijaga oleh pasukan pengamanan yang cukup mencolok.
Tadinya saya merasa salut kepada pihak keamanan yang tampak begitu antisipatif dalam upaya pengamanan malam natal. Namum menjelang tidur, saya rada kepikiran. Setelah saya pelan berpikir, berdialog dengan diri sendiri, menjelang tengah malam di hati saya justru tumbuh rasa malu yang amat sangat.
Saya malu, sebab di negeri saya masih ada tempat ibadah yang mesti dijaga begitu ketat demi keselamatan ummat yang sedang beribadah di dalamnya.
Saya malu, sebab di negeri saya masih ada orang yang mesti beribadah dengan diimbuhi rasa kuatir dan rasa takut.
Saya malu, sebab agama rupanya bukan tempat yang paling aman di negeri saya.
Sungguh saya malu…
Yogyakarta, 26/12/2005
———-
Gambar diambil dari http://www.watton.org/clipart/doves/dove110.gif
Cupilikan dari ceramah pendeta Deborah C. Lindsay, yang mengajak publik Amerika untuk tidak memupuk kebencian terhadap Islam.
Beberapa waktu yang lalu saya membeli buku karya Sadanand Dume berjudul Teman saya yang fanatik: membongkar jaringan Islam garis keras di Indonesia. Buku yang dalam dalam Bahasa Inggris terbit tahun lalu dengan judul My friend the fanatic ini berisi catatan penulisnya tentang Islam di Indonesia berdasarkan persentuhan pribadinya dengan sejumlah orang dan kelompok Muslim di negeri ini.
Keterbatasan tak jarang mendorong lahirnya kreatifitas yang luar biasa. Dalam keadaan yang serba dibatasi oleh lingkungan, manusia biasanya melahirkan ide-ide dan tindakan yang mengagumkan. Begitulah kiranya keadaan yang paling bisa menggambarkan menguatnya gerakan Islam di kampus sekuler seperti Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta sejak pertengahan 1970-an.
Tadi malam saya bermimpi datang ke Masjid Nabawi di Madinah. Bukan sekali dua-kali saya bermimpi melihat masjid indah ini. Namun malam tadi, ada beberapa detail yang tak pernah saya lihat di mimpi-mimpi sebelumnya. Mihrab indah itu terpampang jelas dalam pandangan batin saat tidur. Wewangian dan kaligrafi di makam Rasululullah itu tersimak begitu jelas. Saya terbangun dengan kerinduan yang amat sangat…