Categories
Politik

Tendangan Euro 2012

Hari-hari ini halaman depan hampir semua harian dimeriahkan oleh berita Euro 2012. Sepakbola sedang menjadi selling news yang dimanfaatkan habis-habisan oleh media massa. Hal ini tentu saja punya rasionalitas yang amat kuat: permainan sepakbola adalah kegemaran jutaan manusia di muka bumi, termasuk Indonesia.

Tulisan ini tak hendak turut menyambut kemeriahan sepakbola ini. Mohon maaf sebesar-besarnya, saya bukan penggemar bola. Tapi tulisan ini bukan hendak memaparkan pandangan saya secara personal tentang sepakbola. Saya ingin menempatkan diri sebagai seorang political scientist secara profesional, dengan sebuah expert opinion: permainan sepakbola berskala dunia selalu mampu meredakan tensi politik, sekaligus mengalihkan perhatian orang dari masalah politik serius.

Anda pasti setuju bahwa Euro 2012 telah menendang sejumlah berita politik dari headline media massa. Berita-berita serius dalam dunia politik kini sedikit menyingkir, karena toh peminatnya pasti merosot. Media massa tak terlalu getol memberitakan kondisi Jayapura saat ini, misalnya. Sangat boleh jadi, tak banyak yang menyimak bahwa situasi Jayapura cukup genting belakangan. Konflik dengan kekerasan tengah meningkat dalam beberapa waktu ini. Kalaupun kita menyimak berita tentang Jayapura ini, mungkin kita lakukan dengan minat rendah, karena keburu ingin tahu apa isu terkini dalam pertandingan antara Spanyol dan Italia, hari Minggu malam WIB.

Dari laci kasus korupsi, mungkin kita masih sempat melirik berita penahanan Miranda Gultom oleh KPK beberapa waktu lalu. Namun boleh jadi kita tak lagi tertarik mengikuti kabarnya kini. Barangkali senada dengan itu pulalah cara kita menyimak berita kasus penyuapan pajak yang melibatkan PT Bhakti Investama. Perusahaan milik bos MNC Group, Hary Tanoesubroto (yang kini dekat dengan Surya Paloh), ini tengah ditangani oleh KPK. Tahukah kita bahwa KPK sudah mulai menyita sejumlah dokumen milik PT Bhakti Investama? Semoga jawabannya adalah iya. Dan semoga kita masih cukup antusias menyimak media untuk mencari tahu dokumen apa saja yang disita oleh KPK, dan apa kemajuan penyidikan kasus itu.

Dari ranah demokrasi elektoral, minggu lalu media masih sungguh-sungguh memberitakan masalah data pemilih di DKI. Ditengarai, ada puluhan ribu data pemilih ganda yang dituding sebagai hasil kerja sistematis untuk pemenangan calon gubernur tertentu. Media sempat mewacanakan pentingnya gugatan masyarakat atas kekacauan ini. Namun kini berita tersebut tak lagi menarik untuk diekspose. Bahkan spot news di media online lebih suka memberitakan upaya memecah rekor oper bola di Semarang yang diikuti oleh ribuan orang, ketimbang memikirkan nasib puluhan ribu pemilih di DKI.

Kalaupun media massa mengekspose politisi, biasanya dalam hari-hari ini ekspose itu tak lagi terkait dengan pendapat politik mereka. Paling-paling yang ditanya adalah negara mana yang mereka jagokan dalam Euro 2012 ini. Peta ideologi dan afiliasi parpol tak begitu penting lagi hari-hari ini. Banyak orang menemukan cara solidaritas baru: dukungan terhadap kesebelasan yang sama. Media massa tahu betul akan hal ini. Itu sebabnya, prediksi posisi pemain Spanyol dan Italia, misalnya, jauh lebih penting untuk diberitakan dengan ilustrasi berwarna yang cukup mencolok ketimbang perkembangan baru kasus-kasus korupsi.

Idealnya, berita Euro 2012 tak perlu menendang berita sosial dan politik dari headline. Media massa memiliki funngsi edukatif, tak hanya informatif. Dalam masyarakat politk yang masih berkembang seperti di Indonesia, fungsi edukatif secara politik itu seyogyanya tak boleh terlengahkan oleh berita Euro 2012. Koruptor tak libur saat pesta sepakbola ini berlangsung. Karena itu, elemen civil society (termasuk media massa) pun tak boleh libur mengawasi dan mengeksposenya.

Selamat menikmati Euro 2012 sambil tetap menjaga kewaspadaan politik!

(Kedaulatan Rakyat, 11 Juni 2012)

Sumber gambar: http://www.eurocuppictures.com