Categories
Buku Sejarah

Gajah Mada

Salah satu target saya yang utama semenjak kembali ke Jogja beberapa waktu lalu adalah mengenali lagi peta kuliner kota tercinta. Target utama lainnya adalah melengkapi rak buku dengan koleksi novel-novel karya satrawan negeri sendiri, yang selama empat tahun saya berada di Perth sangat minim updating.

Yang paling saya gemari tetaplah novel sejarah, yang senantiasa menjadi candu paling menyenangkan ditengah kepenatan pekerjaan.

Categories
Politik

Pemilu: Sebuah Token of Membership?

[Pengantar untuk buku karya Sigit Pamungkas, Perihal Pemilu (JIP, 2008)]

Pernahkah kita memperhatikan dengan seksama barang-barang yang kita miliki? Pernahkah kita sadari bahwa mungkin ada barang milik kita yang sebenarnya over-priced dibandingkan dengan fungsi dasarnya? Misalnya, mungkin tak pernah kita tanyakan pada diri sendiri, mengapa kita membeli dan memakai cincin emas atau platinum, padahal cincin dari logam biasa juga bisa dihias indah dan berasa sama di jari yang mengenakannya.

Categories
Personal Renungan

Empat Huruf yang Mahal

Dalam perjalanan pulang dari Medan minggu lalu, ada kejadian menarik yang membuat saya sedikit merenung. Kejadian ini berlangsung di pesawat yang membawa saya ke Yogyakarta usai transit selama 2 jam di Bandara Sukarno-Hatta.

Categories
Personal

Tak Ada Siang…

Perjalanan 3 hari ke Medan minggu lalu sedikit mengecewakan buat saya. Ada target-target pribadi yang tak bisa dicapai dalam perjalanan itu.

Medan adalah kota yang belum pernah saya kunjungi. (Hah!? where have you been?) Sempat terheran-heran juga saya, ketika menyadari bahwa saya belum pernah ke kota Medan. Itulah sebabnya, tugas untuk turut dalam tim perumus dan narasumber dalam sebuah workshop tentang penguatan DPRD tidak saya tolak. Ke Medan; that was all that mattered.

Categories
Politik

Narsisme Politisi

[Kedaulatan Rakyat, 2/9/2008]

Indonesia adalah sebuah negeri spanduk dan baliho. Itu barangkali sudah kita anggap lazim karena sudah berlangsung lama, sehingga mata kita terbiasa menatap jalanan yang hiruk-pikuk oleh spanduk dan baliho warna-warni. Jika diandingkan dengan suasana di negara lain — tak usah jauh-jauh, Malaysia atau Singapura misalnya — jalan raya kita memang sangatlah meriah. Baliho iklan, papan pengumuman, spanduk penuh jargon, dan semacamnya, adalah penghias yang membuat jalan raya kita tampak penuh sesak.

Categories
Politik

Parpol dalam Pemilu 2009

Seperti sudah dapat diduga, jumlah partai politik peserta Pemilu 2009 memang meningkat dibandingkan Pemilu 2004, kendati tidak sebanyak jumlah parpol dalam Pemilu 1999. Dalam Pemilu 1999, terdapat 48 partai politik peserta pemilu, dan lima tahun kemudian jumlahnya turun menjadi 24 partai politik. Kini, KPU telah menetapkan 34 partai politik sebagai peserta Pemilu 2009, plus 6 partai lokal di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Dari ke-34 itu, 18 di antaranya adalah partai politik baru.*)

Categories
Buku Sejarah

Ibnu Battuta

Beberapa bulan lalu saya menemukan sebuah rutinitas harian baru: membaca catatan perjalanan Agustinus Wibowo di lima negara Stan (Tajikistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan) yang dimuat secara berseri di Kompas online (seri pertama baca di sini). Cara bertutur Agus yang hidup (dan kerap puitis) mendorong saya untuk mengingat-ingat kembali kisah-kisah perjalanan para penjelajah besar dalam sejarah manusia, yang telah turut menentukan arah kehidupan kita di masa kini.

Categories
Renungan

Berbeda Itu Melelahkan?

Berbeda, apalagi berbeda pikiran dan pendapat, itu melelahkan — paling tidak buat sebagian orang. Jika perbedaan pikiran dan pendapat itu sudah terlalu melelahkan, maka tak jarang orang mengambil langkah-langkah pintas untuk meredakan perbedaan. Tentu saja, langkah pintas bukanlah langkah yang sangat ideal. Tak jarang justru persoalan dan perbedaan baru yang dimunculkan oleh langkah pintas itu.

Categories
Politik

Stabilitas Jamaah, Instabilitas Parpol

[Tulisan ini adalah artikel untuk LKPSM NU DIY]

Dulu mungkin banyak orang menilai bahwa periode 1952-1955 adalah masa-masa paling menggairahkan bagi NU secara politik. Tahun 1952 NU keluar dari Masyumi dan merubah diri menjadi partai politik. Dalam masa tiga tahun, partai NU menghimpun energi politiknya untuk bertarung dalam dua pemilu di tahun 1955 (yakni pemilihan anggota DPR dan pemilihan anggota Konstituante dalam waktu yg berbeda).