Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 adalah kejadian yang sangat penting secara politik. Peristiwa ini menegaskan semangat nasionalisme yang ketika itu tengah menguat. Tapi tak hanya itu, Sumpah Pemuda juga merupakan hasil dari dua hal penting: kecemerlangan makna “pemuda” dan kemampuan para pemuda menjawab pertanyaan jaman dengan tepat dan cerdas.
Category: Sejarah
Indonesia yang Arab?
4 Oktober 1934, sejumlah pemuda keturunan Arab di kawasan yang kini Indonesia mengumandangkan Sumpah Pemuda Keturunan Arab. Isi sumpah itu adalah: (1) Tanah Air Peranakan Arab adalah Indonesia, (2) Peranakan Arab harus meninggalkan kehidupan mengisolasi diri, dan (3) Peranakan Arab memenuhi kewajibannya terhadap tanah air dan bangsa Indonesia.
Lengsernya seorang Presiden, tentu bukan fenomena biasa. Tanpa bermaksud membeda-bedakan manusia karena jabatannya, namun pemecatan seorang Kapolsek karena kasus pungli, misalnya, pastilah punya skala sebab dan akibat yang jauh lebih kecil daripada terjungkalnya Presiden RI. Lengsernya Bung Karno karena kudeta inkremental, Pak Harto karena rapuhnya pondasi kekuasaan di penghujung 1990an, dan Gus Dur karena konflik dengan Poros Tengah dan sekelompok perwira tinggi TNI, adalah tragedi politik yang bukan main-main.
Suatu hari di pertengahan Maret 1957, pimpinan PNI datang menghadap Bung Karno (BK) di istananya yang megah itu. Para pimpinan PNI ini meminta dukungan BK untuk kembali ke UUD 1945, dan meninggalkan UUDS 1950 yang saat itu berlaku dengan sistem parlementer di dalamnya.
Keterbatasan tak jarang mendorong lahirnya kreatifitas yang luar biasa. Dalam keadaan yang serba dibatasi oleh lingkungan, manusia biasanya melahirkan ide-ide dan tindakan yang mengagumkan. Begitulah kiranya keadaan yang paling bisa menggambarkan menguatnya gerakan Islam di kampus sekuler seperti Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta sejak pertengahan 1970-an.
Saya membaca artikel opini yang ditulis oleh Pak Slamet Sutrisno di KR (30/4/2009) dengan penuh minat. Artikel berjudul Pancasila: Kecelakaan Sejarah atau Keniscayaan? itu sangat menarik. Di dalam artikel ini, Pak Slamet menulis bahwa dalam sebuah diskusi buku tanggal 23 April 2009 di kampus UGM, Karim A. Ghofur mengatakan bahwa Pancasila adalah sebuah kecelakaan sejarah.
[Teropong, Radar Jogja]
Pemilu legislatif yang baru saja digelar memberikan banyak kejutan. Paling tidak ada dua kejutan yang muncul dalam pemilu 9 April kemarin. Pertama, kemenangan luar biasa Partai Demokrat. Kedua, perolehan partai Islam yang secara total cenderung turun.
Seperti yang pernah saya tulis dalam artikel tentang dinasti,* KH Hasjim Asj’ari adalah salah satu tokoh penting di NU. Ia mewariskan bukan saja tradisi kelembagaan dan pemikiran keagamaan penting di negeri ini, namun juga pohon genealogis yang terus hidup hingga kini. Tentu, tak perlu kita sebutkan lagi perannya dalam perjuangan kemerdekaan bangsa.
Salah satu rutinitas pagi saya adalah membuka website pribadi ini, mengecek kalau-kalau ada komen yang harus dimoderasi, dan yang terpenting melihat statistik pengunjung. Dari rutinitas melihat statistik itu, saya tahu bahwa tulisan-tulisan tentang Bung Karno adalah yang paling sering dikunjungi orang. Belakangan, tulisan tentang parpol dan pemilu juga cukup laris pengunjung.
Dari statistik itu juga saya bisa lihat, halaman-maya mana yang merujuk orang untuk mengunjungi website saya.