Ini cerita tersisa dari mudik lebaran. Beberapa hari menjelang idul fitri, kami sekeluarga berangkat pagi-pagi dari Yogya menuju arah Madura. Dalam perjalanan, tak terlalu jauh dari Yogya, saat melintas di sebuah jalan bypass mobil saya dihentikan oleh seorang petugas patroli jalan raya bersepedamotor. Polisi ini dengan ramah meminta saya minggir. “Melanggar marka jalan,” katanya dengan sangat sopan.
Category: Sosial
Tahukah anda, para pambaca yang berbahagia, berapa harga pasir per truk di Yogyakarta dan sekitarnya saat ini? Jika anda tidak tahu, mungkin anda bisa menduga-duga bahwa limpahan pasir pasca erupsi Merapi pastilah akan membuat harga pasir per truk turun dari harga sebelum erupsi. Sederhana saja, suplai pasir yang meningkat pastilah akan menyebabkan harga turun. Hukum pasar ini sangat kita pahami.
SAMA seperti si Dul anaknya si Ben, Fauzi Bowo juga berkumis. Sama seperti si Dul, ia juga anak Betawi Asli. Setelah lama jabatan pimpinan Ibukota didominasi oleh orang Jawa (sesekali diselingi oleh orang Minahasa atau Sunda) ialah Gubernur DKI yang asli Betawi.
Film Sang Pencerah yang menyajikan sejarah hidup KH Ahmad Dahlan sejak remaja hingga saat ia mendirikan Muhammadiyah di tahun 1912 tengah di putar di kota-kota besar di Indonesia. Publik Indonesia sedang disuguhi sebuah tontotan yang cukup memikat.
Cupilikan dari ceramah pendeta Deborah C. Lindsay, yang mengajak publik Amerika untuk tidak memupuk kebencian terhadap Islam.
Sambil berjalan tak-bergegas ke arah mobil, pada pria paruh baya yang mengantarkan kami ke halaman depan itu kutanyakan: “apa arti kata ‘Sangam’?”
“‘Sangam’ artinya pertemuan,” jawab pria simpatik berwajah Eropa yang mahir berbahasa Indonesia tersebut.
“‘Pertemuan’ as in ‘meeting’?” tanyaku lagi, berusaha meyakinkan.
“Tidak,” jawab pemilik tempat yang baru kudatangi itu. “Maksudnya pertemuan dua sungai. ‘Sangam’ adalah titik pertemuan dua sungai.”
“Ohh… Pertemuan dua sungai.” Aku mengangguk-angguk mafhum. Lalu pada stafnya yang orang Yogya asli kuberkata: “Mirip dengan kata ‘tempuran’ ya, kalau dalam bahasa Jawa.” Yang kuajak bicara manthuk dengan mantap.
Aku pun kemudian berlalu. Membawa rasa puas tak terkatakan…
Dari atas udara dalam penerbangan, Makassar sama sekali tak kelihatan. Tak jelas detail lalu-lalang manusia di bawah sana. Tapi saya merasakan (atau menduga dengan sangat kuat) bahwa di sana sejumlah besar orang (sebagian bersarung dan berkopiah) sedang memulai sebuah hajat besar Muktamar NU ke-32.
Lewat akun twitter yang saya buka sambil menunggu pesawat berangkat dari Yogya di pagi hari pembukaan Muktamar itu, saya membaca ‘kicauan’ salah seorang tokoh muda Islam di Indonesia, Luthfi Assyaukanie. Jam 06.51 pagi tanggal 22 Maret 2010, Luthfi menulis dari Makassar: “Muktamar NU ini seperti Pilkada. Banyak spanduk dan Baliho. Organisasi Keagamaan tak ubahnya seperti parpol.”
Beberapa waktu yang lalu saya membeli buku karya Sadanand Dume berjudul Teman saya yang fanatik: membongkar jaringan Islam garis keras di Indonesia. Buku yang dalam dalam Bahasa Inggris terbit tahun lalu dengan judul My friend the fanatic ini berisi catatan penulisnya tentang Islam di Indonesia berdasarkan persentuhan pribadinya dengan sejumlah orang dan kelompok Muslim di negeri ini.
‘I still call Australia home’
Tanggal 26 Januari adalah Australia Day, yang dirayakan untuk memperingati hari berlabuhnya rombongan pertama para tahanan asal Inggris yang dibuang di Sydney tahun 1788. Rombongan ini dipimpin oleh Kapten Arthur Phillip, yang kelak akan menjadi gubernur New South Wales yang pertama.