Suatu hari di pertengahan Maret 1957, pimpinan PNI datang menghadap Bung Karno (BK) di istananya yang megah itu. Para pimpinan PNI ini meminta dukungan BK untuk kembali ke UUD 1945, dan meninggalkan UUDS 1950 yang saat itu berlaku dengan sistem parlementer di dalamnya.
Keterbatasan tak jarang mendorong lahirnya kreatifitas yang luar biasa. Dalam keadaan yang serba dibatasi oleh lingkungan, manusia biasanya melahirkan ide-ide dan tindakan yang mengagumkan. Begitulah kiranya keadaan yang paling bisa menggambarkan menguatnya gerakan Islam di kampus sekuler seperti Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta sejak pertengahan 1970-an.
Numpang Menang, Nyicil Rongrongan
Entah dengan cara apa akan kita nilai langkah-langkah SBY dan Partai Demokrat (PD) belakangan ini. Akankah kita nilai mereka sebagai pihak yang lamban dalam memutuskan mitra koalisi dan pasangan capres-cawapres, ataukah kita akan beri mereka predikat sebagai pihak yang cerdas dalam membaca medan, serta mengasapi ‘lubang ular’ agar keluarlah semua kepentingan?
Mendampingi Pemilih Perempuan
[Bernas Jogja, 6/5/2009]
Perempuan dan politik, barangkali sama seperti perempuan dan mesin. Citra dunia politik dan mesin yang keras, kasar dan kotor selalu dianggap tak cocok dengan idealisasi perempuan yang mesti halus dan bersih.
Padahal keadaannya tak selalu demikian.
Saya membaca artikel opini yang ditulis oleh Pak Slamet Sutrisno di KR (30/4/2009) dengan penuh minat. Artikel berjudul Pancasila: Kecelakaan Sejarah atau Keniscayaan? itu sangat menarik. Di dalam artikel ini, Pak Slamet menulis bahwa dalam sebuah diskusi buku tanggal 23 April 2009 di kampus UGM, Karim A. Ghofur mengatakan bahwa Pancasila adalah sebuah kecelakaan sejarah.
Teralihkan Karena Koalisi
Sejak sehari setelah pemilu legislatif tanggal 9 April lalu, perhatian publik dan media massa terpaku pada isu-isu koalisi antar parpol dalam rangka pengajuan calon untuk pemilu presiden Juli nanti. Hasil quick count berbagai lembaga yang segera diumumkan pada hari H pilleg itu memungkinkan setiap partai politik untuk mengetahui posisi dirinya dalam konstelasi politik nasional.
Mandat Palsu
[Kedaulatan Rakyat, 17/4/2009]
Baiklah, pemilu legislatif telah usai. Kurang dari 3 bulan lagi, pilpres akan kita laksanakan. Kita patut berharap gejala golput teknis yang sangat tinggi di bulan April ini bisa teratasi Juli nanti.
Lebih jauh lagi, kita mesti berharap bahwa dalam jangka panjang, ambiguitas dalam sistem pemerintahan kita yang telah (dan bakal) mengkerangkeng presiden Indonesia dalam mandat yang lemah, bisa juga teratasi.
[Teropong, Radar Jogja]
Pemilu legislatif yang baru saja digelar memberikan banyak kejutan. Paling tidak ada dua kejutan yang muncul dalam pemilu 9 April kemarin. Pertama, kemenangan luar biasa Partai Demokrat. Kedua, perolehan partai Islam yang secara total cenderung turun.
Bejana itu Mengecil?
Pemilu legislatif telah dilaksanakan kemarin (9/4). Hasil quick-count berbagai lembaga survey telah dapat diakses di media massa*, bersama-sama dengan hitungan sementara yang dilakukan KPU.** Dengan melihat dan membandingkan hasil quick-count yang rada beragam itu, publik dapat mulai menduga-duga arah hasil akhir prosentase perolehan suara antar parpol.